Senin, 30 November 2015

PANDANGAN SALAH TERHADAP AGAMA BUDDHA



KESALAHPAHAMAN PANDANGAN

TERHADAP AGAMA BUDDHA

TIGA PERISTIWA 

A.       Latar Belakang
Di Indonesia terdapat enam agama yang diakui secara sah, yaitu Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha, dan Khonghu Chu. Agama Buddha merupakan agama minoritas sedangkan agama mayoritas di Indonesia adalah agama Islam. Setiap sendi kehidupan di negara Indonesia
terpengaruh oleh agama Islam, sehingga tampak negara Indonesia adalah negara Islam. Secara ekstern (non-Buddhis), masyarakat di Indonesia banyak yang tidak mengerti tentang agama Buddha, sehingga terjadi kesalahpahaman pandangan terhadap agama Buddha. Hal yang salah diartikan oleh masyarakat non-Buddhis yaitu menganggap umat Buddha adalah seorang bhikkhu, penyembah berhala, vegetarian, berpandangan pesimis, bahkan menganggap agama Hindu dan Khonghu Chu adalah agama Buddha. Secara intern (umat Buddha), banyak yang tidak mengerti dan memahami ajaran agama Buddha yang sebenarnya. Ajaran agama Buddha dicampuradukkan dengan ajaran agama lain. Tidak sedikit yang mempunyai anggapan bahwa kita ada di dunia ini karena diciptakan oleh Tuhan. Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam semesta. Banyak yang masih binggung tentang hukum karma. Ada yang mempunyai anggapan bahwa agama yang dipeluknya mengajarkan menjadi seorang yang pesimis, ada juga yang beranggapan bahwa tujuan agama Buddha adalah kehampaan.
Atas dasar hal tersebut di atas, penulis mengambil topik tentang kesalahpahaman pandangan terhadap agama Buddha. Penulis ingin memberikan pengetahuan tentang agama
Buddha kepada masyarakat. Melalui makalah ini penulis berharap masyarakat Indonesia pada umumnya dan umat Buddha pada khususnya dapat mengerti tentang agama Buddha yang sebenarnya, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman pandangan terhadap agama Buddha. Apabila hal ini terwujud maka akan tercipta kerukunan antar-umat beragama.

B.        Kesalahpahaman Pandangan Terhadap Agama Buddha
1.         Hidup adalah dukkha
Penganut agama Buddha adalah seorang yang pesimis, menganggap hidup hanya ada penderitaan, tidak ada kebahagiaan sama sekali, untuk apa memeluk agama Buddha apabila hanya diajak hidup menderita, bukankah kita hidup untuk mencari kebahagiaan.
2.         Vegetarian
Semua pemeluk agama Buddha adalah seorang vegetarian. Kalau menjadi umat Buddha, tidak bisa makan daging lagi, padahal kalau tidak ada daging makan tidak enak, nanti kebutuhan akan gizi bagaimana? Kalau begitu untuk apa menjadi umat Buddha.
3.         Segala sesuatu adalah kosong
Menganggap bahwa agama Buddha memandang dunia ini kosong, tidak ada apa-apa. Bahwa tujuan agama Buddha adalah kehampaan, bukankah hal tersebut adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Isi  dunia ini sesuatu yang nyata yang dapat dilihat dan dirasakan. Bukankah hal tersebut membuktikan dunia ini tidak kosong.
4.         Penyembah Berhala
Agama Buddha dianggap penyembah berhala atau penyembah patung. Umat Buddha adalah orang-orang musyrik, mengharapkan berkah rejeki dari benda mati.
5.         Hukum Karma
Menganggap bahwa konsep tentang hukum karma adalah sesuatu yang tidak masuk akal, sesuatu yang mengada-ada. Semua orang tahu bahwa segala sesuatu yang menimpa, rejeki yang kita terima, kita lahir dan mati adalah kehendak Tuhan. Menganggap bahwa Tuhan adalah pencipta alam semesta beserta isinya sehingga kita harus menyembah Tuhan agar tidak mendapat murkanya dan masuk neraka.
6.         Anggota Sangha (Bhikkhu dan Bhikkhuni)
Mempunyai anggapan bahwa pemeluk agama Buddha harus menjadi bhikkhu atau bhikkhuni. Kalau menjadi umat Buddha harus digunduli dan menjadi bhikkhu atau bhikkhuni, padahal saya ingin menikah, mempunyai anak dan menikmati kesenangan duniawi. Lama-kelamaan dunia akan musnah karena tidak ada yang menikah. Anggota sangha adalah seorang benalu, malas bekerja, maunya makan enak akan tetapi tidak mau berusaha.
7.         Agama Buddha adalah agama Hindu dan agama Khonghu Chu
Menganggap bahwa agama Buddha sama dengan agama Hindu dan agama Khonghu Chu. Ajarannya sama dan sama-sama menyembah banyak dewa.

C.        Penjelasan Tantang Kesalahpahaman Terhadap Agama Buddha
1.         Hidup adalah Dukkha
Agama Buddha mengajarkan tentang dukkha. Kita mengalami lahir, sakit, tua, mati, berpisah dengan orang yang kita cintai, bertemu dengan orang yang kita benci, tujuan kita tidak terkabul dan masih banyak yang lain, Bukankah itu semua adalah dukkha? Salah besar yang mempunyai anggapan bahwa agama Buddha adalah seorang yang pesimis, seseorang yang hanya larut dalam penderitaan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Buddha di dalam Dhammacakkappavattana Sutta:
Selanjutnya, O Bhikkhu, inilah yang dinamakan Kesunyataan Mulia tentang Dukkha: dilahirkan, usia tua, sakit, mati, sedih, ratap tangis, gelisah, berhubungan dengan sesuatu yang tidak disukai, terpisah dari sesuatu yang disukai dan tidak memperoleh sesuatu yang didambakan (Widyadharma, 1979: 38).
Agama Buddha adalah agama yang optimis, karena mengajarkan cara mengatasi tentang penderitaan. Cara untuk mengatasi penderitaan menurut agama Buddha dengan Delapan Jalan Utama, yaitu:
a.      Ucapan benar
b.      Perbuatan benar
c.       Penghidupan benar
d.      Daya paya benar
e.      Perhatian benar
f.        Konsentrasi benar
g.      Pengertian benar
h.      Pikiran benar
Dengan melaksanakan Delapan Jalan Utama maka lenyaplah lobha, dosa, dan moha, yang merupakan akar dari penderitaan. Agama Buddha tidak mengharapkan belas kasihan dari pihak lain.
2.         Vegetarian
Anggapan bahwa umat Buddha harus menjadi vegetarian tidak benar. Hal ini ditegaskan oleh Sang Buddha. Alkisah, Devadatta ingin memecah belah Sangha dengan cara mengajukan tuntutan yang berat bagi kehidupan Sangha. Salah satu tuntutannya adalah semua anggota Sangha tidak boleh makan daging (vegetarian). Sang Buddha bersabda, para anggota Sangha boleh vegetarian jika ingin, akan tetapi jika tidak juga tidak menjadi masalah. Hal ini terdapat dalam Maha Parinibbana sutta:
Devadatta kemudian berusaha untuk memecah belah Sangha. Ia minta kepada Sang Buddha untuk menyetujui bahwa semua Bhikkhu harus mentaati peraturan seperti dibawah ini:
1.    Semua bhikkhu harus tinggal di hutan;
2.    Semua bhikkhu tidak boleh menerima undangan makan di rumah umat, tetapi mereka hanya boleh makan makanan yang diperoleh dengan jalan minta-minta;
3.    Semua bhikkhu harus memakai jubah dari kain bekas pembungkus mayat dan tidak boleh menerima persembahan jubah dari umat;
4.    Di hutan, semua bhikkhu harus tidur di bawah pohon dan tidak boleh tidur di dalam rumah;
5.    Semua Bhikkhu dilarang keras makan daging dan ikan.
Sang Buddha menjawab, bahwa para Bhikkhu yang ingin mengikuti peraturan tersebut boleh melakukannya, kecuali ”tidur di bawah pohon” selama musim hujan. Tetapi Beliau menolak untuk membuat peraturan ini berlaku bagi semua Bhikkhu (Widyadharma, 1979: 122)
 Kutipan di atas membuktikan bahwa agama Buddha tidak mengharuskan vegetarian.
3.         Segala sesuatu adalah kosong
Sang Buddha mengajarkan tentang Anatta, yaitu segala sesuatu adalah bukan milik saya. Kalau badan jasmani adalah milik saya seharusnya badan jasmani mengikuti kehendak kita, tidak boleh sakit, tua, lemah. Badan jasmani mengalami sakit, tua, lemah, bukankah itu membuktikan badan jasmani bukan milik saya, hal inilah yang disebut kosong. Hal ini terdapat dalam Anattalakkhana Sutta:
Tetapi karena khandha itu Anatta (tanpa Roh), maka ia tak dapat berubah sekehendak hatinya dan karena itu menderita, sebab karena kehendak dan keinginannya tidak dapat dipenuhi, misalnya:’semoga Khandha-ku begini dan bukan begitu. (Widyadharma, 1979: 40).
4.         Penyembah Berhala
Dalam agama Buddha patung Sang Buddha dikenal dengan nama Buddha rupang. Buddha rupang dijadikan objek pemujaan oleh umat agama Buddha dengan maksud untuk menghormati beliau karena sudah tiada (parinibbana). Pada waktu upacara kita menghormat bendera merah putih, karena kita menghormat pada jasa-jasa pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan. Demikian juga dengan umat Buddha menghormat pada Buddha untuk menghormati jasa-jasa yang telah dilakukan oleh Sang Buddha.
5.         Hukum Karma
Hukum karma tidak terbatasi oleh ruang dan waktu, siapa yang menanam kebaikan maka kebaikan yang akan diperolehnya, demikian sebaliknya. Ada orang kaya dan miskin, buruk rupa dan rupawan, pintar dan bodoh, hal tersebut dikarenakan karma yang telah diperbuatnya. Jadi apa yang kita peroleh tidak ditentukan oleh pihak lain, akan tetapi diri kita sendiri yang menentukan nasib kita sendiri. Hal ini diungkapkan dalam Khuddhaka Nikaya, Udana 40: “Dengan adanya ini, terjadilah itu. Dengan timbulnya ini, maka timbullah itu. Dengan tidak adanya ini, maka tidak ada itu. Dengan lenyapnya ini maka lenyaplah itu.” (Mulyadi Wahono. 2002: 141).
Sang Buddha juga mengungkapkan dalam Kalama Sutta:
Pemilik dari perbuatan (kamma) adalah makhluk, ia adalah ahli waris dari perbuatannya, perbuatannya adalah rahim dari mana ia lahir, kepada perbuatannya ia terikat, namun perbuatannya juga merupakan pelindungnya. Perbuatan apapun yang ia lakukan, baik atau buruk, ia juga kelak yang akan menjadi ahliwarisnya. (widyadharma, 1979: 254)
6.         Anggota Sangha (Bhikkhu dan Bhikkhuni)
Umat agama Buddha tidaklah harus menjadi Bhikkhu atau Bhikkhuni. Dalam agama Buddha yang tidak menjadi Bhikkhu dan Bhikkhuni disebut upasaka (laki-laki) dan upasika (wanita).
Mereka diterima sebagai upasaka-upasaka pertama yang berlindung kepada Sang Buddha dan Dhamma. Kemudian mereka memohon diberikan suatu benda yang mereka dapat bawa pulang. Sang Buddha mengusap kepala-nya dengan tangan kanan dan memberikan beberapa lembar rambut (Kesa Dhatu = Relik Rambut). Tapussa dan Bhallikha dengan gembira menerima Kesa Dhatu tersebut dan setelah tiba di tempat mereka tinggal, mereka mendirikan sebuah pagoda untuk memuja Kesa Dhatu ini. (Widyadharma, 1979: 34)
Bhikkhu dan Bhikkhuni adalah orang yang telah meninggalkan kehidupan keduniawian. Anggota sangha dianggap orang yang menjalankan praktik kehidupan suci serta merupakan tokoh agama Buddha. Orang yang telah meninggalkan kehidupan keduniawian berarti tidak menikah serta tidak ikut campur urusan keduniawian. Jadi anggota sangha bukanlah orang yang pemalas atau benalu, tapi fokus pada pengembangan dhamma dan kemajuan batin. Upasaka dan upasika merupakan penyokong anggota sangha. Bagi umat Buddha, anggota sangha merupakan ladang menanam kebajikan yang luar biasa.
7.         Agama Buddha tidak sama dengan agama Hindu dan agama Khonghu Chu
Agama Buddha dengan agama Hindu dan Khonghu Chu bukanlah agama yang sama. Masyarakat menyamakan agama Buddha dengan agama Hindu dikarenakan merupakan agama tertua di Indonesia, di mana kedua agama tersebut masih ada sampai sekarang walaupun minoritas. Demikian pula anggapan menyamakan agama Buddha dengan Khonghu Chu, dikarenakan di Indonesia pemeluk agama Buddha kebanyakan berasal dari China, sedangkan pemeluk agama Khonghu Chu juga kebanyakan berasal dari China, sehingga masyarakat mempunyai anggapan bahwa agama Buddha sama dengan Khonghu Chu. Selain itu ketiga agama tersebut merupakan agama yang minoritas, jadi masyarakat luas banyak yang tidak mengetahui agama-agama tersebut.

D.       Kesimpulan
Penulis menyimpulkan bahwa:
1.      Hidup adalah dukkha yaitu hal-hal yang tidak menyenangkan dalam kehidupan ini. Jadi salah bila hidup ini adalah dukkha diartikan dalam kehidupan ini hanyalah penderitaan saja.
2.      Vegetarian
Umat Buddha tidaklah harus menjadi vegetarian, akan tetapi bila ingin menjadi vetarian tidak dilarang.
3.      Segala sesuatu adalah kosong yaitu segala sesuatu adalah bukan milik saya. Jadi salah bila segala sesuatu adalah kosong diartikan kehampaan, tiada apapun juga.
4.      Penyembah Berhala
Umat Buddha memang seolah-olah menyembah patung Sang Buddha, akan tetapi bukan patung yang disembah melainkan jasa-jasa beliau yang dihormati. Tidaklah benar bahwa umat Buddha menyembah berhala.
5.      Hukum Karma
Apapun yang kita tanam maka itulah yang kita dapat. Bila menanam kebaikan maka kebaikan yang akan diperolehnya, begitu juga sebaliknya.
6.      Anggota Sangha (Bhikkhu dan Bhikkhuni)
Bhikkhu dan bhikkhuni adalah orang yang telah meninggalkan kehidupan keduniawian, orang yang menjalankan praktik kehidupan suci dan merupakan tokoh agama Buddha. Umat Buddha yang tidak menjadi bhikkhu dan bhikkhuni disebut upasaka dan upasika. Jadi tidaklah benar yang menganggap bahwa umat Buddha harus menjadi bhikkhu dan bhikkhuni.
7.      Agama Buddha tidak sama dengan agama Hindu dan agama Khonghu Chu
Pemerintah telah mengakui bahwa di Indonesia ada enam agama yang sah berdasarkan UU yaitu Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha, dan Khonghu Chu. Berdasarkan UU tersebut jelas bahwa agama Buddha berbeda dengan agama Hindu dan agama Khonghu Chu.
Agama adalah pegangan hidup atau pedoman bagi manusia yang diyakini dapat membawa kebahagiaan dalam kehidupan saat ini maupun yang akan datang. Agama di Indonesia terdiri dari berbagai macam agama, dimana setiap agama mempunyai cara atau ajaran untuk mencapai tujuan tersebut. Hendaknya, janganlah hanya mendengar sepintas kemudian memberikan kesimpulan tentang ajaran suatu agama. Hal ini dapat menimbulkan kesalahpahaman pandangang terhadap agama tersebut. Apabila hal ini terjadi maka kerukunan antar umat beragama akan terganggu, dan konflik pun akan terjadi. Marilah kita saling menghormati dan menjaga kerukunan antar umat beragama agar tercipta kehidupan yang aman, tenteram serta damai.

DAFTAR PUSTAKA


Widyadharma, S. 1979. Riwayat Hidup Buddha Gotama. Jakarta: Cetiya vatthu Dhaya.

Mulyadi Wahyono. 2002. Pokok Pokok Dasar Agama Buddha. Jakarta: Departemen Agama R.I. Proyek Peningkatan Pendidikan Agama Buddha di Perguruan Tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar