Senin, 04 Januari 2016

PEMAHAMAN SALAH MENGENAI KEMARAHAN

MARAH





PEMAHAMAN SALAH MENGENAI KEMARAHAN


Kemarahan berasal dari kata marah. Menurut KBBI marah artinya sangat tidak senang (krn dihina, diperlakukan tidak sepantasnya, dsb); berang; gusar. Kemarahan artinya hal (keadaan) marah. Kemarahan merupakan meluapnya emosi negatif yang cenderung tidak terkontrol. Kita marah karena ada hal-hal yang tidak cocok dengan keinginan pikiran, dan pikiran memberi respon terhadap hal tersebut sehingga terjadilah suatu kemarahan. Pada dasarnya kemarahan merupakan salah satu pengejawantahan dari rasa kebencian (dosa). Dimana dosa merupakan salah satu dari tiga akar kejahatan, hal ini didukung oleh pernyataan Sang Buddha dalam Aguttara Nikāya III.33  ada tiga penyebab asal mula tindakan, yaitu keserakahan (lobha), kebencian (dosa) dan kebodohan batin (moha). Selain itu juga di tuangkan dalam Dhammapada 251
Natthi rāgasamo aggi
Natthi dosasamo gaho. 
Natthi mohasamaṁ jālaṁ.
Natthi tanhā samā nadῑ.


Tidak ada api menyamai nafsu ragawi
Tidak ada cengkraman yang lebih kuat dari kebencian.
Tidak ada jaringan yang lebih rapat dari kebodohan.
Tidak ada sungai yang arusnya lebih deras dari nafsu keinginan.
Rasa benci juga merupakan pendorong perbuatan jahat. Dengan rasa benci yang menyelimuti pikiran kita maka akan mengkondisikan pikiran kita untuk meluapkan segala emosi negatif kita, yang bisa dikatakan kemarahan. Jadi kemarahan adalah luapan dari rasa benci.

Ada sebagian orang yang salah dalam mempersepsikan mengantasi kemarahan dengan cara melampiaskan pada objek lain. sebagai contoh menghantam-hantam bantal, kasur, atau mencari tempat yang sepi kemudian berteriak sekeras-kerasnya. Hal itu dilakukan hanya untuk meluapkan emosinya. Hal tersebut dilakukan mungkin agar tidak merugikan pihak lain. tentunya hal ini kurang tepat, karena dengan cara apapun meluapkan kemarahan adalah suatu hal yang tidak baik. Tidak baik tentunya ada suatu alasan. Alasan akan merugikan diri sendiri. Diri sendiri rugi karena dengan terbiasa meluapkan tentunya akan menjadi suatu kebiasaan, kalau tidak diluapkan pikiran belum puas dan merasa masih ada yang menganjal.
uññanapāpapahnassa - natthi jāgarato bhayan’ti

Orang yang pikirannya tidak dikuasai oleh nafsu dan kebencian,
telah mengatasi keadaan baik dan buruk;
maka orang yang selalu sadar seperti itu tidak ada lagi ketakutan.
(Dhammapada 39)

BERSAMBUNG....!!!!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar