MARAH |
PEMAHAMAN SALAH MENGENAI
KEMARAHAN
Kemarahan berasal dari kata marah. Menurut KBBI marah
artinya sangat tidak senang (krn dihina, diperlakukan tidak sepantasnya,
dsb); berang; gusar. Kemarahan artinya hal (keadaan) marah. Kemarahan merupakan
meluapnya emosi negatif yang cenderung tidak terkontrol. Kita marah karena ada
hal-hal yang tidak cocok dengan keinginan pikiran, dan pikiran memberi respon
terhadap hal tersebut sehingga terjadilah suatu kemarahan. Pada dasarnya
kemarahan merupakan salah satu pengejawantahan dari rasa kebencian (dosa).
Dimana dosa merupakan salah satu dari tiga akar kejahatan, hal ini didukung
oleh pernyataan Sang Buddha dalam Aṅguttara Nikāya III.33 “ada tiga penyebab asal mula tindakan, yaitu keserakahan (lobha), kebencian
(dosa) dan kebodohan batin (moha)”. Selain itu juga di
tuangkan dalam Dhammapada 251
Natthi rāgasamo aggi
Natthi dosasamo gaho.
Natthi mohasamaṁ jālaṁ.
Natthi tanhā samā nadῑ.
Tidak ada api menyamai nafsu ragawi
Tidak ada cengkraman yang lebih kuat dari kebencian.
Tidak ada jaringan yang lebih rapat dari kebodohan.
Tidak ada sungai yang arusnya lebih deras dari nafsu keinginan.
Rasa benci juga
merupakan pendorong perbuatan jahat. Dengan rasa benci yang menyelimuti pikiran
kita maka akan mengkondisikan pikiran kita untuk meluapkan segala emosi negatif
kita, yang bisa dikatakan kemarahan. Jadi kemarahan adalah luapan dari rasa
benci.
Ada sebagian
orang yang salah dalam mempersepsikan mengantasi kemarahan dengan cara
melampiaskan pada objek lain. sebagai contoh menghantam-hantam bantal, kasur,
atau mencari tempat yang sepi kemudian berteriak sekeras-kerasnya. Hal itu
dilakukan hanya untuk meluapkan emosinya. Hal tersebut dilakukan mungkin agar
tidak merugikan pihak lain. tentunya hal ini kurang tepat, karena dengan cara
apapun meluapkan kemarahan adalah suatu hal yang tidak baik. Tidak baik
tentunya ada suatu alasan. Alasan akan merugikan diri sendiri. Diri sendiri
rugi karena dengan terbiasa meluapkan tentunya akan menjadi suatu kebiasaan,
kalau tidak diluapkan pikiran belum puas dan merasa masih ada yang menganjal.
uññanapāpapahῑnassa
- natthi jāgarato
bhayan’ti
Orang yang pikirannya tidak dikuasai oleh nafsu dan
kebencian,
telah mengatasi keadaan baik dan buruk;
maka orang yang selalu sadar seperti itu tidak ada lagi ketakutan.
(Dhammapada 39)
BERSAMBUNG....!!!!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar