TERHADAP AGAMA BUDDHA
A.
Latar Belakang
Di Indonesia terdapat enam agama yang
diakui secara sah, yaitu Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha, dan Khonghu Chu.
Agama Buddha merupakan agama minoritas sedangkan agama mayoritas di Indonesia
adalah agama Islam. Setiap sendi kehidupan di negara Indonesia terpengaruh oleh
agama Islam, sehingga tampak negara Indonesia adalah negara Islam. Secara ekstern
(non-Buddhis), masyarakat di Indonesia banyak yang tidak mengerti tentang agama
Buddha, sehingga terjadi kesalahpahaman pandangan terhadap agama Buddha. Hal
yang salah
diartikan oleh masyarakat non-Buddhis yaitu menganggap umat Buddha adalah seorang bhikkhu, penyembah berhala, vegetarian, berpandangan pesimis, bahkan menganggap agama Hindu dan Khonghu Chu adalah agama Buddha. Secara intern (umat Buddha), banyak yang tidak mengerti dan memahami ajaran agama Buddha yang sebenarnya. Ajaran agama Buddha dicampuradukkan dengan ajaran agama lain. Tidak sedikit yang mempunyai anggapan bahwa kita ada di dunia ini karena diciptakan oleh Tuhan. Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam semesta. Banyak yang masih binggung tentang hukum karma. Ada yang mempunyai anggapan bahwa agama yang dipeluknya mengajarkan menjadi seorang yang pesimis, ada juga yang beranggapan bahwa tujuan agama Buddha adalah kehampaan.
diartikan oleh masyarakat non-Buddhis yaitu menganggap umat Buddha adalah seorang bhikkhu, penyembah berhala, vegetarian, berpandangan pesimis, bahkan menganggap agama Hindu dan Khonghu Chu adalah agama Buddha. Secara intern (umat Buddha), banyak yang tidak mengerti dan memahami ajaran agama Buddha yang sebenarnya. Ajaran agama Buddha dicampuradukkan dengan ajaran agama lain. Tidak sedikit yang mempunyai anggapan bahwa kita ada di dunia ini karena diciptakan oleh Tuhan. Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam semesta. Banyak yang masih binggung tentang hukum karma. Ada yang mempunyai anggapan bahwa agama yang dipeluknya mengajarkan menjadi seorang yang pesimis, ada juga yang beranggapan bahwa tujuan agama Buddha adalah kehampaan.
Atas dasar hal tersebut di atas,
penulis mengambil topik tentang kesalahpahaman pandangan terhadap agama Buddha.
Penulis ingin memberikan pengetahuan tentang agama Buddha kepada masyarakat. Melalui
makalah ini penulis berharap masyarakat Indonesia pada umumnya dan umat Buddha
pada khususnya dapat mengerti tentang agama Buddha yang sebenarnya, sehingga tidak
terjadi kesalahpahaman pandangan terhadap agama Buddha. Apabila hal ini
terwujud maka akan tercipta kerukunan antar-umat beragama.
B.
Kesalahpahaman Pandangan Terhadap Agama
Buddha
1.
Hidup
adalah dukkha
Penganut agama Buddha adalah seorang yang pesimis, menganggap
hidup hanya ada penderitaan, tidak ada kebahagiaan sama sekali, untuk apa
memeluk agama Buddha apabila hanya diajak hidup menderita, bukankah kita hidup
untuk mencari kebahagiaan.
2.
Vegetarian
Semua pemeluk agama Buddha adalah seorang vegetarian. Kalau menjadi
umat Buddha, tidak bisa makan daging lagi, padahal kalau tidak ada daging makan
tidak enak, nanti kebutuhan akan gizi bagaimana? Kalau begitu untuk apa menjadi
umat Buddha.
3.
Segala
sesuatu adalah kosong
Menganggap bahwa agama Buddha memandang dunia ini kosong,
tidak ada apa-apa. Bahwa tujuan agama Buddha adalah kehampaan, bukankah hal
tersebut adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Isi dunia ini sesuatu yang nyata yang dapat
dilihat dan dirasakan. Bukankah hal tersebut membuktikan dunia ini tidak
kosong.
4.
Penyembah
Berhala
Agama Buddha dianggap penyembah berhala atau penyembah
patung. Umat Buddha adalah orang-orang musyrik, mengharapkan berkah rejeki dari
benda mati.
5.
Hukum
Karma
Menganggap bahwa konsep tentang hukum karma adalah sesuatu
yang tidak masuk akal, sesuatu yang mengada-ada. Semua orang tahu bahwa segala
sesuatu yang menimpa, rejeki yang kita terima, kita lahir dan mati adalah
kehendak Tuhan. Menganggap bahwa Tuhan adalah pencipta alam semesta beserta
isinya sehingga kita harus menyembah Tuhan agar tidak mendapat murkanya dan
masuk neraka.
6.
Anggota
Sangha (Bhikkhu dan Bhikkhuni)
Mempunyai anggapan bahwa pemeluk agama Buddha harus menjadi bhikkhu
atau bhikkhuni. Kalau menjadi umat Buddha harus digunduli dan menjadi bhikkhu
atau bhikkhuni, padahal saya ingin menikah, mempunyai anak dan menikmati kesenangan
duniawi. Lama-kelamaan dunia akan musnah karena tidak ada yang menikah. Anggota
sangha adalah seorang benalu, malas
bekerja, maunya makan enak akan tetapi tidak mau berusaha.
7.
Agama
Buddha adalah agama Hindu dan agama Khonghu Chu
Menganggap bahwa agama Buddha sama dengan agama Hindu dan
agama Khonghu Chu. Ajarannya sama dan sama-sama menyembah banyak dewa.
C.
Penjelasan Tantang Kesalahpahaman Terhadap
Agama Buddha
1.
Hidup
adalah Dukkha
Agama Buddha mengajarkan tentang dukkha. Kita mengalami lahir, sakit, tua, mati, berpisah dengan
orang yang kita cintai, bertemu dengan orang yang kita benci, tujuan kita tidak
terkabul dan masih banyak yang lain, Bukankah itu semua adalah dukkha? Salah besar yang mempunyai
anggapan bahwa agama Buddha adalah seorang yang pesimis, seseorang yang hanya
larut dalam penderitaan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Buddha di dalam Dhammacakkappavattana Sutta:
Selanjutnya,
O Bhikkhu, inilah yang dinamakan Kesunyataan Mulia tentang Dukkha: dilahirkan,
usia tua, sakit, mati, sedih, ratap tangis, gelisah, berhubungan dengan sesuatu
yang tidak disukai, terpisah dari sesuatu yang disukai dan tidak memperoleh
sesuatu yang didambakan (Widyadharma, 1979: 38).
Agama Buddha adalah agama yang optimis, karena mengajarkan
cara mengatasi tentang penderitaan. Cara untuk mengatasi penderitaan menurut
agama Buddha dengan Delapan Jalan Utama, yaitu:
a. Ucapan benar
b. Perbuatan benar
c. Penghidupan benar
d. Daya paya benar
e. Perhatian benar
f.
Konsentrasi
benar
g. Pengertian benar
h. Pikiran benar
Dengan melaksanakan Delapan
Jalan Utama maka lenyaplah lobha, dosa,
dan moha, yang merupakan akar dari penderitaan. Agama Buddha tidak
mengharapkan belas kasihan dari pihak lain.
2.
Vegetarian
Anggapan bahwa umat Buddha harus menjadi vegetarian tidak
benar. Hal ini ditegaskan oleh Sang Buddha. Alkisah, Devadatta ingin memecah
belah Sangha dengan cara mengajukan tuntutan yang berat bagi kehidupan Sangha.
Salah satu tuntutannya adalah semua anggota Sangha tidak boleh makan daging
(vegetarian). Sang Buddha bersabda, para anggota Sangha boleh vegetarian jika
ingin, akan tetapi jika tidak juga tidak menjadi masalah. Hal ini terdapat
dalam Maha Parinibbana sutta:
Devadatta
kemudian berusaha untuk memecah belah Sangha. Ia minta kepada Sang Buddha untuk
menyetujui bahwa semua Bhikkhu harus mentaati peraturan seperti dibawah ini:
1.
Semua bhikkhu
harus tinggal di hutan;
2.
Semua bhikkhu
tidak boleh menerima undangan makan di rumah umat, tetapi mereka hanya boleh
makan makanan yang diperoleh dengan jalan minta-minta;
3.
Semua bhikkhu harus
memakai jubah dari kain bekas pembungkus mayat dan tidak boleh menerima
persembahan jubah dari umat;
4.
Di hutan, semua
bhikkhu harus tidur di bawah pohon dan tidak boleh tidur di dalam rumah;
5. Semua
Bhikkhu dilarang keras makan daging dan ikan.
Sang Buddha menjawab, bahwa para Bhikkhu yang ingin
mengikuti peraturan tersebut boleh melakukannya, kecuali ”tidur di bawah pohon”
selama musim hujan. Tetapi Beliau menolak untuk membuat peraturan ini berlaku
bagi semua Bhikkhu (Widyadharma, 1979: 122)
Kutipan di atas
membuktikan bahwa agama Buddha tidak mengharuskan vegetarian.
3.
Segala
sesuatu adalah kosong
Sang Buddha mengajarkan tentang Anatta, yaitu segala sesuatu adalah bukan milik saya. Kalau badan
jasmani adalah milik saya seharusnya badan jasmani mengikuti kehendak kita,
tidak boleh sakit, tua, lemah. Badan jasmani mengalami sakit, tua, lemah,
bukankah itu membuktikan badan jasmani bukan milik saya, hal inilah yang
disebut kosong. Hal ini terdapat dalam Anattalakkhana
Sutta:
Tetapi
karena khandha itu Anatta (tanpa
Roh), maka ia tak dapat berubah sekehendak hatinya dan karena itu menderita,
sebab karena kehendak dan keinginannya tidak dapat dipenuhi, misalnya:’semoga Khandha-ku begini dan bukan begitu. (Widyadharma,
1979: 40).
4.
Penyembah
Berhala
Dalam agama Buddha patung Sang Buddha dikenal dengan nama
Buddha rupang. Buddha rupang dijadikan objek pemujaan oleh umat agama Buddha
dengan maksud untuk menghormati beliau karena sudah tiada (parinibbana). Pada waktu upacara kita menghormat bendera merah
putih, karena kita menghormat pada jasa-jasa pahlawan yang telah berjuang demi
kemerdekaan. Demikian juga dengan umat Buddha menghormat pada Buddha untuk
menghormati jasa-jasa yang telah dilakukan oleh Sang Buddha.
5.
Hukum
Karma
Hukum
karma tidak terbatasi oleh ruang dan waktu, siapa yang menanam kebaikan maka
kebaikan yang akan diperolehnya, demikian sebaliknya. Ada orang kaya dan
miskin, buruk rupa dan rupawan, pintar dan bodoh, hal tersebut dikarenakan
karma yang telah diperbuatnya. Jadi apa yang kita peroleh tidak ditentukan oleh
pihak lain, akan tetapi diri kita sendiri yang menentukan nasib kita sendiri.
Hal ini diungkapkan dalam Khuddhaka
Nikaya, Udana 40: “Dengan adanya ini, terjadilah itu. Dengan timbulnya ini,
maka timbullah itu. Dengan tidak adanya ini, maka tidak ada itu. Dengan
lenyapnya ini maka lenyaplah itu.” (Mulyadi Wahono. 2002: 141).
Sang Buddha juga mengungkapkan dalam Kalama Sutta:
Pemilik
dari perbuatan (kamma) adalah makhluk,
ia adalah ahli waris dari perbuatannya, perbuatannya adalah rahim dari mana ia
lahir, kepada perbuatannya ia terikat, namun perbuatannya juga merupakan
pelindungnya. Perbuatan apapun yang ia lakukan, baik atau buruk, ia juga kelak
yang akan menjadi ahliwarisnya. (widyadharma, 1979: 254)
6.
Anggota
Sangha (Bhikkhu dan Bhikkhuni)
Umat agama
Buddha tidaklah harus menjadi Bhikkhu atau Bhikkhuni. Dalam agama Buddha yang
tidak menjadi Bhikkhu dan Bhikkhuni disebut upasaka (laki-laki) dan upasika
(wanita).
Mereka diterima sebagai
upasaka-upasaka pertama yang berlindung kepada Sang Buddha dan Dhamma. Kemudian
mereka memohon diberikan suatu benda yang mereka dapat bawa pulang. Sang Buddha
mengusap kepala-nya dengan tangan kanan dan memberikan beberapa lembar rambut (Kesa Dhatu = Relik Rambut). Tapussa dan
Bhallikha dengan gembira menerima Kesa Dhatu
tersebut dan setelah tiba di tempat mereka tinggal, mereka mendirikan sebuah
pagoda untuk memuja Kesa Dhatu ini. (Widyadharma,
1979: 34)
Bhikkhu dan
Bhikkhuni adalah orang yang telah meninggalkan kehidupan keduniawian. Anggota sangha dianggap orang yang menjalankan praktik
kehidupan suci serta merupakan tokoh agama Buddha. Orang yang telah
meninggalkan kehidupan keduniawian berarti tidak menikah serta tidak ikut
campur urusan keduniawian. Jadi anggota sangha
bukanlah orang yang pemalas atau benalu, tapi fokus pada pengembangan dhamma dan kemajuan batin. Upasaka dan
upasika merupakan penyokong anggota sangha.
Bagi umat Buddha, anggota sangha merupakan
ladang menanam kebajikan yang luar biasa.
7.
Agama
Buddha tidak sama dengan agama Hindu dan agama Khonghu Chu
Agama Buddha dengan
agama Hindu dan Khonghu Chu bukanlah agama yang sama. Masyarakat menyamakan
agama Buddha dengan agama Hindu dikarenakan merupakan agama tertua di Indonesia,
di mana kedua agama tersebut masih ada sampai sekarang walaupun minoritas. Demikian
pula anggapan menyamakan agama Buddha dengan Khonghu Chu, dikarenakan di Indonesia
pemeluk agama Buddha kebanyakan berasal dari China, sedangkan pemeluk agama
Khonghu Chu juga kebanyakan berasal dari China, sehingga masyarakat mempunyai
anggapan bahwa agama Buddha sama dengan Khonghu Chu. Selain itu ketiga agama
tersebut merupakan agama yang minoritas, jadi masyarakat luas banyak yang tidak
mengetahui agama-agama tersebut.
D.
Kesimpulan
Penulis
menyimpulkan bahwa:
1. Hidup adalah dukkha yaitu hal-hal yang tidak menyenangkan dalam kehidupan ini.
Jadi salah bila hidup ini adalah dukkha
diartikan dalam kehidupan ini hanyalah penderitaan saja.
2. Vegetarian
Umat Buddha tidaklah harus menjadi vegetarian, akan tetapi
bila ingin menjadi vetarian tidak dilarang.
3. Segala sesuatu adalah kosong yaitu
segala sesuatu adalah bukan milik saya. Jadi salah bila segala sesuatu adalah
kosong diartikan kehampaan, tiada apapun juga.
4. Penyembah Berhala
Umat Buddha memang seolah-olah menyembah patung Sang Buddha,
akan tetapi bukan patung yang disembah melainkan jasa-jasa beliau yang
dihormati. Tidaklah benar bahwa umat Buddha menyembah berhala.
5. Hukum Karma
Apapun yang kita tanam maka itulah yang kita dapat. Bila
menanam kebaikan maka kebaikan yang akan diperolehnya, begitu juga sebaliknya.
6. Anggota Sangha (Bhikkhu dan
Bhikkhuni)
Bhikkhu dan bhikkhuni adalah orang yang telah meninggalkan
kehidupan keduniawian, orang yang menjalankan praktik kehidupan suci dan
merupakan tokoh agama Buddha. Umat Buddha yang tidak menjadi bhikkhu dan bhikkhuni
disebut upasaka dan upasika. Jadi tidaklah benar yang
menganggap bahwa umat Buddha harus menjadi bhikkhu dan bhikkhuni.
7. Agama Buddha tidak sama dengan agama
Hindu dan agama Khonghu Chu
Pemerintah telah mengakui bahwa di Indonesia ada enam agama yang
sah berdasarkan UU yaitu Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha, dan Khonghu
Chu. Berdasarkan UU tersebut jelas bahwa agama Buddha berbeda dengan agama
Hindu dan agama Khonghu Chu.
Agama adalah pegangan hidup atau pedoman bagi manusia yang diyakini dapat
membawa kebahagiaan dalam kehidupan saat ini maupun yang akan datang. Agama di
Indonesia terdiri dari berbagai macam agama, dimana setiap agama mempunyai cara
atau ajaran untuk mencapai tujuan tersebut. Hendaknya, janganlah hanya
mendengar sepintas kemudian memberikan kesimpulan tentang ajaran suatu agama. Hal
ini dapat menimbulkan kesalahpahaman pandangang terhadap agama tersebut. Apabila
hal ini terjadi maka kerukunan antar umat beragama akan terganggu, dan konflik pun
akan terjadi. Marilah kita saling menghormati dan menjaga kerukunan antar umat
beragama agar tercipta kehidupan yang aman, tenteram serta damai.
DAFTAR PUSTAKA
Widyadharma, S. 1979. Riwayat
Hidup Buddha Gotama. Jakarta: Cetiya vatthu Dhaya.
Mulyadi Wahyono. 2002. Pokok Pokok Dasar Agama Buddha. Jakarta: Departemen Agama R.I.
Proyek Peningkatan Pendidikan Agama Buddha di Perguruan Tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar